Neraca
Pembayaran, Arus Modal Asing dan Hutang Luar Negeri
DI SUSUN OLEH:
NAMA : SAMUEL P SILITONGA (26215361)
NOVITASARI (25215144)
RIMANDA SARI (26215005)
KELAS : 1EB23
SOFTSKILL
Pengertian Neraca Pembayaran
Neraca
pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang
meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan
penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau
dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu
negara. Neraca pembayaran secara esensial merupakan sistem akuntansi yang
mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan dengan pembukuan
berpasangan (double-entry bookkeeping system), yaitu; tiap transaksi dicatat
satu sebagai kredit dan satu lagi sebagai debit.
Transaksi yang dicatat sebagai kredit adalah
arus masuk valuta. arus masuk valuta adalah transaksi-transaksi yang
mendatangkan valuta asing, yang merupakan suatu peningkatan daya beli eksternal
atau sumber dana. Sedangkan transaksi yang dicatat sebagai debit adalah arus
keluar valuta. Arus keluar valuta adalah transaksi-transaksi pengeluaran yang
membutuhkan valuta asing, yang merupakan suatu penurunan daya beli eksternal
atau penggunaan dana.
Tiap-tiap
credit entry (bertanda positif) harus diseimbangkan (balanced) dengan debit
entry (bertanda negatif) yang sama. Kedua entries tersebut dikombinasikan untuk
menghasilkan laporan sumber-sumber dan penggunaan modal nasional (dari mana
kita memperoleh danadana/ daya beli, dan bagaimana kita mengunakannya). Jadi,
total kredit dan debit dari neraca pembayaran suatu negara akan sama secara
agregat; namun, dari komponen-komponen neraca pembayaran, mungkin terdapat
surplus dan defisit.
Satu-satunya kesulitan riil dalam memahami
bagaimana tiap transaksi mempengaruhi neraca pembayaran terletak pada
interpretasi dari aset finansial dan hutang kepada pihak luar negeri. Contoh
berikut membantu pemahaman tersebut diatas.
Contoh 1.1 : Suatu perusahaan RI meminjam
Poundsterling Inggris. Jelas, pinjaman ini merupakan peningkatan hutang
penduduk/perusahaan RI pada pihak luar negeri (Inggris).
Pinjaman ini
merupakan suatu credit entry pada neraca pembayaran. Debit entry yang sama akan
diklasifikasikan sebagai suatu peningkatan dalam kepemilikan aset financial
luar negeri, yaitu rekening bank debitor RI (yang didenominasi) dalam sterling
merupakan suatu aset. Memiliki aset dalam valuta asing sama seperti memberikan
pinjaman jangka pendek kepada negara lain.
Komponen Neraca Pembayaran
Neraca
pembayaran dapat dipecah ke dalam beberapa kategori yaitu; transaksi berjalan
(current account), neraca modal (capital account), dan cadangan devisa negara
(official reserves account) :
1. Transaksi berjalan (current
account).
Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang
berisi arus pembayaran jangka pendek (mencatat transaksi ekspor-impor barang
dan jasa), yang meliputi :
a. ekspor
dan impor barang-barang dan jasa ekspor barang-barang dan jasa yang
diperlakukan sebagai kredit impor barang-barang dan jasa diperlakukan kembali
sebagai debit
b. net investment income tingkat bunga dan
dividen diperlakukan sebagai jasa karena merepresentasikan pembayaran untuk
penggunaan modal.
c. net transfer (transfer unilateral)
Meliputi bantuan luar negeri,
pemberian-pemberian dan pembayaran lain antar pemerintah dan antar pihak swasta. Net
transfer bukan merupakan perdagangan barang dan jasa. Atau dengan kata lain
transaknsi berjalan merangkum aliran dana antara satu Negara tertentu dengan
seluruh negara lain sebagai akibat dari pembelian barang-barang atau jasa,
provisi income atas aset finansial, atau transfer unilateral (misalnya bantuan
bantuan antar pemerintah dan antar pihak swasta). Transaksi berjalan merupakan
ukuran posisi perdagangan intenasional yang luas. Defisit transaksi berjalan
menjelaskan arus dana yang keluar suatu negara lebih besar dari dana-dana yang
diterimanya. Komponen transaksi berjalan meliputi neraca perdagangan dan neraca
barang dan jasa.
Transaksi berjalan umumnya digunakan untuk
menilai neraca perdagangan. Neraca Perdagangan secara sederhana merupakan
selisih/perbedaan antara ekspor dan impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor,
maka yang terjadi adalah defisit neraca perdagangan.
Sebaliknya, jika ekspor lebih tinggi
dari impor, yang terjadi adalah surplus. Sedangkan Neraca Jasa adalah neraca
perdagangan ditambah jumlah pembayaran bunga kepada para investor luar negeri
dan penerimaan dividen dari investasi di luar negeri, serta penerimaan dan
pengeluaran yang berhubungan dengan pariwisata dan transaksitransaksi ekonomi
lainnya.
2. Neraca Modal (Capital Account)
Merupakan
bagian dari neraca pembayaran yang mencerminkan perubahan-perubahan dalam kepemilikan
aset jangka pendek dan jangka panjang (seperti saham, obligasi dan real estate)
suatu negara, Yang meliputi :
a. Arus modal keluar tercatat sebagai
debit karena suatu Negara membeli asset berharga dari pihak asing (luar
negeri).
b. Transaksi-transaksi neraca modal
diklasifikasi sebagai investasi portfolio, langsung atau jangka pendek.
Untuk dapat membeli aset luar negeri diperlukan valuta
asing, dengan demikian arus modal neto menggambarkan demand terhadap valuta
asing. Nilai valuta asing ditentukan oleh demand valas untuk membeli
barang-barang dan jasa dan demand terhadap valas untuk membeli aset. Neraca
Modal adalah ukuran investasi jangka pendek dan jangka panjang suatu negara,
termasuk investasi langsung luar negeri dan investasi dalam sekuritas.
3. Cadangan Devisa Negara (Official
Reserves Account)
Mengukur perubahan-perubahan dalam cadangan
internasional yang dimiliki oleh otoritas keuangan suatu negara. Hal ini
mencerminkan surplus atau defisit transaksi-transaksi ekonomi neraca berjalan
dan meraca modal suatu negara yang dihasilkan dengan cara mencari nilai selisih
(netting) dari cadangan aset dan cadangan hutang. Cadangan devisa terdiri dari
:
a)
Cadangan internasional yang terdiri dari emas dan aset luar negeri yang dapat
di perdagangkan
di perdagangkan
b) Peningkatan dalam tiap aset tercatat
sebagai debit
c) Penurunan cadangan aset tercatat sebagai
kredit
Ukuran-ukuran
Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dapat disusun dengan mengkombinasi pos-pos neraca pembayaran berikut :
1. Basic balance focus pada
transaksi-transaksi yang dianggap penting bagi kesehatan ekonomis valuta. Basic
balance menyeimbangkan neraca berjalan dan arus modal jangka panjang, namun
tidak mengikutsertakan arus modal jangka pendek, seperti deposito deposito bank
yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor temporer; kebijakan moneter jangka
pendek, perubahan-perubahan dalam suku bunga dan antisipasi-antisipasi
fluktuasi valuta. Basic balance menekankan trend jangka waktu yang lebih
panjang pada neraca pembayaran.
2. Net liquidity balance (neraca likuiditas
neto) atau neraca keseluruhan meliputi basic balance ditambah arus modal jangka
pendek tidak likuid pihak swasta dan error and omission. Neraca Keseluruhan
mengukur perubahan pinjaman pihak swasta domestik atau pinjaman pihak swasta
domestik ke luar negeri yang dibutuhkan untuk mempertahankan pembayaran dalam
posisi equilibrium tanpa menyesuaikan cadangan devisa. Arus modal swasta jangka
pendek tidak likuid dan error and omission tercatat dalam neraca, sementara
aset dan hutang likuid tidak dicatat (dikeluarkan).
3. Neraca transaksi cadangan devisa
menunjukkan penyesuaian cadangan devisa yang akan dibuat untuk mencapai
equilibrium neraca. Karena neraca pembayaran harus diseimbangkan, tiap
perbedaan yang tidak dapat ditelusuri atas transaksi-transaksi tertentu dicatat
dalam statistical discrepancy (selisih yang belum dapat diperhitungkan).
Arus Modal Asing
A. Arus Modal Masuk
Besarnya arus modal masuk ke
Indonesia, sebagai akibat pertumbuhan perekonomian yang tetap terjaga dalam
beberapa tahun terakhir, harus dapat dimanfaatkan untuk mendanai proyek-proyek
jangka panjang. Mengelola arus modal masuk (capital inflow) ke dalam kawasan
merupakan sebuah tantangan yang sulit, yang dihadapi negara-negara emerging
market seperti Indonesia karena dapat membawa berbagai risiko potensial
terhadap stabilitas keuangan.
Seperti yang telah diketahui, untuk
menjaga stabilitas moneter akibat derasnya arus modal masuk ke Indonesia dan
besarnya likuiditas saat ini, BI menerapkan beberapa kebijakan yang diapresiasi
Bank Dunia dan IMF sebagai langkah yang tepat.
Neraca modal yang menggambarkan arus
keluar masuk devisa yang bukan merupakan pembayaran atas barang atau jasa. Arus
devisa yang di catat di neraca modal ialah devisa dalam arti arus modal masuk,
baik berupa dana investasi maupun pinjaman atau utang luar negeri. Investasi
dan pinjaman dari luar negeri merupakan arus masuk. Sedangkan investasi kita ke
luar negeri dan pinjaman yang kita berikan kepada pihak luar negeri dicatat
dalam arus keluar. Sebagian besar pinjaman luar negeri yang diperoleh
pemerintah berasal dari sebuah konsorsium bernama Consultative Group for Indonesia(CGI) yang sebelumnya bernama Inter Group on Indonesia (IGGI). Arus modal asing bisa mendatangkan manfaat
yang lebih besar ketimbang risikonya jika dikelola dengan benar. Diperkirakan
hingga akhir tahun ini arus modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai
sekitar US$25 miliar. Manfaat tersebut antara lain, penurunan biaya bunga APBN,
sumber investasi swasta, pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan
kedalaman pasar modal. Sementara risikonya adalah terjadinya pembalikan,
tekanan penguatan rupiah dan gelembung ekonomi. Pemerintah perlu lebih aktif
lagi untuk mendorong perusahaan swasta untuk masuk bursa lewat penawaran saham
perdana (IPO) atau right issue. kemudian, memperbanyak penerbitan obligasi
negara dengan berbagai macam seri dan jangka waktu.
HUTANG LUAR NEGERI
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia.
Hutang luar negeri diartikan sebagai penerimaan negara dalam bentuk devisa ataupun dalam bentuk devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau jasa yang diterima dari Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PPHLN) yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tetentu atau hutang luar negeri adalah sumber pembiayaan negara yang berasal dari negara asing, badan/lembaga keuangan internasional atau dari pasar uang internasional yang berbentuk devisa, barang, dan atau jasa termasuk penjaminan yang mengakibatkan pembayaran di masa yang akan datang yang harus dibayar kembali sesuai kesepakatan bersama.
B. Perlunya Pinjaman Luar Negeri
Dalam rangka pencapaian tujuan suatu negara maka diperlu adanya program-program pembangunan yang berkesinambungan dengan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Salah satu syarat utama untuk mencapai tujuan pembangunan adalah cukup tersedianya dana investasi. Kebutuhan dana investasi tersebut secara ideal seharusnya dapat dibiayai dari dana (tabungan) dalam negeri. Tetapi dalam kenyataannya seperti negara berkembang lainnya, Indonesia masih menghadapi masalah keterbatasan modal dalam negeri yang dibutuhkan untuk pembiayaan pembangunan. Hal tersebut tercermin dengan adanya kesenjangan antara tabungan dalam negeri dengan dana investasi yang diperlukan. Untuk menutup investasi yang diperlukan ini, pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan ekonomi Indonesia. Di samping itu, pinjaman luar negeri diperlukan dalam upaya menutup kesenjangan antara kebutuhan valuta asing yang telah ditargetkan dengan devisa yang diperoleh dari penerimaan hasil kegiatan ekspor.
Pinjaman luar negeri juga memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan sumber pembiayaan lainnya. Pembiayaan dengan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) secara berlebihan akan banyak menyerap uang dari sektor swasta yang dapat menimbulkan perkembangan sektor swasta terhambat.
Demikian juga bila sumber pembiayaannya dari penjualan aset, cara ini cenderung akan meningkatkan uang yang beredar dalam masyarakat sehingga dapat menimbulkan inflasi. Sumber pembiayaan dari pinjaman luar negeri merupakan alternatif yang dapat menghindari terjadinya kelemahan-kelemahan tersebut. Disamping itu pinjaman luar negeri memiliki kelebihan lain yaitu dapat memasukkan teknologi maju/tenaga ahli.
C. Klasifikasi Pinjaman Luar Negeri
Secara umum, pendanaan luar negeri berasal dari sumber-sumber sebagai berikut :
1. Bilateral (pemerintah negara lain) berupa hibah, pinjaman lunak dan pinjaman campuran.
2. Lembaga multilateral/internasional berupa hibah dan pinjaman.
3. Perbankan atau lembaga keuangan internasional berupa fasilitas kredit ekspor dan pinjaman komersial. Besarnya nilai utang luar negeri dapat disebabkan penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah yang tidak seimbang. Rendahnya penerimaan pajak, sementara pengeluaran pemerintah akibat impor barang modal tinggi.
Berdasarkan sifatnya pinjaman luar negeri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Concessional Loan dengan ciri-ciri bunganya rendah, grace periode dan repayment-nya lama, dan ada unsur hibahnya; serta Non-Concessional Loan.
Berdasarkan bentuknya Pinjaman/Hibah Luar Negeri dapat berupa :
a. Devisa
b. Barang
c. Jasa
Sedangkan jika dilihat dari penggunaannya pinjaman luar negeri ada yang berbentuk :
a. Bantuan proyek
Bantuan proyek adalah penerimaan dana bantuan luar negeri dalam bentuk barang dan atau jasa bagi keperluan proyek pembangunan yang telah ditentukan dalam perjanjian.
b. Bantuan program
Bantuan program adalah bantuan luar negeri berbentuk bahan pangan dan atau devisa (tunai) yang dirupiahkan. Prioritas penggunaannya untuk pembiayaan proyek pembangunan, namun penentuan proyeknya diserahkan kepada pemerintah RI. Bantuan program dapat pula berupa komoditi tertentu yang nilai lawan rupiahnya digunakan untuk menutup kekurangan pangan dan non pangan di dalam negeri.
Selain jenis bantuan seperti yang disebutkan di atas, ada jenis pinjaman luar negeri lainnya antara lain :
a. Pinjaman komersial dan fasilitas kredit ekspor
Pinjaman komersial adalah pinjaman yang diperoleh dari bank-bank/lembaga-lembaga keuangan internasional dalam bentuk devisa tunai, dengan persyaratan komersial sesuai kondisi pasar uang internasional untuk berbagai keperluan baik untuk pembiayaan proyek maupun untuk menyangga neraca pembayaran, termasuk ke dalam jenis pinjaman ini adalah obligasi dan leasing.
b. Fasilitas kredit ekspor
Fasilitaskredit ekspor adalah pinjaman yang diterima Indonesia yang berasl dari suatu bank atau lembaga keuangan bukan bank suatu negara guna membayar barang-barang yang diperlukan Indonesia yang merupakan produk dari negara pemberi pinjaman.
D. Perencanaan Pinjaman Luar Negeri
Perencanaan di sini maksudnya adalah bagaimana prosedur memperoleh pinjaman luar negeri. Perencanaan pinjaman luar negeri ini berbeda untuk pinjaman bilateral, multilateral, dan fasilitas kredit ekspor.
1. Untuk pinjaman bilateral prosedurnya diawali dengan pengusulan proyek oleh Menteri/Kepala Lembaga kepada Kepala Bappenas. Usulan itu lalu dinilai apakah sesuai dengan tujuan pembangunan dan mempunyai prioritas yang tinggi. Jika mempunyai kelayakan usulan tersebut masuk dalam daftar rencana untuk dibahas dan selanjutnya diajukan ke pemberi pinjaman. Lalu pemberi pinjaman mengadakan penilaian kembali terhadap usulan proyek yang disampaikan oleh Pemerintah RI. Jika penilaian pemberi pinjaman menyatakan proyek tersebut layak, maka pemberi pinjaman memberi komitmen pembiayaan. Kemudian dilanjutkan dengan negosiasi.
2. Untuk pinjaman multilateral prosesnya tidak jauh berbeda dengan pinjaman bilateral. Prosesnya diawali dengan pengusulan proyek, persetujuan dari Bappenas, dan pengusulan pada calon lender. Dilanjutkan dengan Pre-appraisal dari lender untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data/bahan, melihat situasi/kondisi lokasi proyek, dan mengadakan pembicaraan dengan instansi terkait. Setelah itu melakukan pembicaraan dengan Departemen Teknis, Depkeu, dan Bappenas guna memperoleh kejelasan mengenai persiapan proyek dan lain-lain. Tahap akhir adalah negosiasi untuk mendapatkan persetujuan.
3. Untuk Fasilitas Kredit Ekspor proses perencanaannya diawali dengan pengajuan proposal ke Bappenas. Jika disetujui akan masuk ke Blue Book. Selanjutnya Departemen/Lembaga/BUMN mengajukan alokasi kredit ekspor kepada Menko Perekonomian, tembusannya disampaikan kepada Menkeu dan Kepala Bappenas. Lalu diterbitkan Alokasi Kredit Ekspor. Selanjutnya diadakan pelelangan dan penandatanganan kontrak dengan rekanan. Setelah itu diadakan negosiasi dengan lender untuk mendapatkan Credit Agreement.
E. Pelaksanaan Pinjaman Luar Negeri
Pelaksanaan ini diawali dengan penganggaran pinjaman luar negeri. Tahap selanjutnya adalah pelelangan. Mengenai prosedur pelelangan ini sesuai ketentuan dalam Loan Agreement. Tahap selanjutnya adalah penarikan pinjaman setelah dipenuhi berbagai kondisi. Kondisi-kondisi tersebut adalah Naskah Perjanjian Pinjaman/Hibah Luar Negeri sudah ditandatangani kedua belah pihak dan dinyatakan efektif.
F. Pembayaran Pinjaman Luar Negeri
Pembayaran ini meliputi pembayaran pokok pinjaman, bunga, dan biaya lainnya seperti Biaya komitmen (Commitment Fee/Charge), Biaya Manajemen, dan biaya fee.
G. Dampak Hutang Luar Negeri Indonesia
1. Dampak langsungnya yaitu cicilan bunga yang makin mencekik.
2. Dampak yang paling hakiki dari utang tersebut yaitu hilangnya kemandirian akibat keterbelengguan atas keleluasaan arah pembangunan negeri, oleh si pemberi pinjaman. Dapat dilihat pula dengan adanya indikator-indikator baku yang ditetapkan oleh Negera-negara donor, seperti arah pembangunan yang ditentukan. Baik motifnya politis maupun motif ekonomi itu sendiri. Pada akhirnya arah pembangunan kita memang penuh kompromi dan disetir, membuat Indonesia makin terjepit dan terbelenggu dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat negara Donor. Hal ini sangat beralasan karena mereka sendiri harus menjaga, mengawasi dan memastikan bahwa pengembalian dari pinjaman tersebut plus keuntungan atas pinjaman, mampu dikembalikan. Alih-alih untuk memfokuskan pada kesejahteraan rakyat, pada akhirnya adalah konsep tersebut asal jalan pada periode kepemimpinannya, juga makin membuat rakyat terjepit karena mengembalikan pinjaman tersebut diambil dari pendapatan negara yang harusnya untuk dikembalikan kepada rakyat yaitu kekayaan negara hasil bumi dan Pajak.
Selain memberikan dampak seperti yang diatas, utang luar negeri memiliki berbagai dampak baik positif dan negatif yaitu :
1. Dampak positif
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, yang diakibatkan oleh pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan adanya utang luar negeri membantu pembangunan negara Indonesia, dengan menggunakan tambahan dana dari negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Dampak Negatif
Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh(Inflasi). Utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunganya. Negara akan dicap sebagai negara miskin dan tukang utang, karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian negara sendiri, (hingga membutuhkan campur tangan dari pihak lain).
Selain itu, hutang luar negeri bisa memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Membantu dan mempermudah negara untuk melakukan kegiatan ekonomi.
2. Sebagai penurunan biaya bunga APBN.
3. Sebagai sumber investasi swasta.
4. Sebagai pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal.
5. Berguna untuk menunjang pembangunan nasional yang dimiliki oleh suatu negara.
Menurut aliran neoklasik, utang luar negeri merupakan suatu hal yang positif. Hal ini dikarenakan utang luar negeri dapat menambah cadangan devisa dan mengisi kekurangan modal pembangunan ekonomi suatu negara. Dampak positif ini akan diperoleh selama utang luar negeri dikelola dengan baik dan benar.
Setiap negara memiliki perencanaan pembangunan yang berbeda-beda, tetapi memiliki kapasitas fiskal yang terbatas. Untuk membiayai pembangunan, pemerintah memiliki apa yang dikenal sebagai government spending. Jika selisih pengeluaran pemerintah dengan tingkat penerimaan pajak bernilai defisit, maka alternatifnya adalah dengan memanfaatkan pendanaan yang berasal dari luar negeri.
H. Faktor Penyebab Hutang Luar Negeri Indonesia
Setidaknya ada dua alasan mengapa pemerintah di negara-negara berkembang tetap membutuhkan utang luar negeri, yaitu :
1. Hutang luar negeri dibutuhkan sebagai tambahan modal bagi pembangunan prasarana fisik. Infrastruktur merupakan investasi yang mahal dalam pembangunan.
2. Hutang luar negeri dapat digunakan sebagai penyeimbang neraca pembayaran.
Ada beberapa penyebab meningkat atau menurunnya utang Luar negeri Indonesia secara umum yaitu:
1. Defisit Transaksi Berjalan (TB)
TB merupakan perbandingan antara jumlah pembayaran yang diterima dari luar negeri dan jumlah pembayaran ke luar negeri. Dengan kata lain, menunjukkan operasi total perdagangan luar negeri, neraca perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan impor, pembayaran transfer.
2. Meningkatnya kebutuhan investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Hampir setiap tahun Indonesia menghadapi kekurangan dana investasi. Menurut pada tahun 2011, jumlah dana tabungan: 12,84 triliun sementara kebutuhan investasi Rp 2.458,6 triliun. Hal ini mendorong meningkatnya pinjaman LN. Di samping kelangkaan dana, meningkatnya utang LN juga didorong oleh perbedaan tingkat suku bunga.
3. Meningkatnya Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor . Laju inflasi mempengaruhi tingkat suku bunga, karena ekspektasi inflasi merupakan komponen suku bunga nominal. trand inflasi meningkat menyebabkan Bank Indonesia memangkas suku bunga. Dengan rendahnya suku bunga maka minat orang untuk berinvestasi rendah, maka pemerintah untuk memenuhi belanja negaranya melalui pinjaman luar negeri.
4. Struktur perekonomian tidak efisien
Karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka memerlukan invetasi besar. Hal ini akan mendorong utang luar negeri.
I. Solusi Terhadap Hutang Luar Negeri Indonesia
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi hutang luar negeri :
1. Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan ekonomi pedesaan dan pemberian modal usaha kecil seluasnya.
2. Meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor.
3. Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan mengarah pada satu titik maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional, melepaskan secara bertahap ketergantungan utang luar negeri.
4. Menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan kemauan dan kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa kewirausahaan masyarakat. Negeri Indonesia ini sebenarnya kaya akan Sumber daya alam unggulan sehingga bila kita manfaatkan secara maksimal maka akan memberikan devisa negara.
5. Mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan kesejateraan yang berkeadilan dan merata
Sumber :